Northren Territory : Desert, Roadhouse, and Get Fired

 

Sebut saja Koala Roadhouse. (Tanpa merubah esensi, di cerita ini saya akan ganti nama sejumlah tempat dan beberapa orang). Setelah mendapat “lampu hijau” terkait pekerjaan dari Koala roadhouse, Saya, Hernan, dan Denise melanjutkan perjalanan ke Beruang Roadhouse di Lasseter Highway.

Beruang Roadhouse berjarak satu setengah jam dari Koala Roadhouse, dan lebih dekat dengan Uluru. Malam itu, kami berbicara dengan resepsionis berkewarganegaraan China. Saat kami bertanya soal lowongan pekerjaan, dengan nada ceria, dia bilang belum ada.
Lalu, Hernan bercerita soal Koala Roadhouse yang sebenarnya sudah siap menerima kami sebagai pegawai. Sementara gadis resepsionis itu dengan tetap tersenyum mengkonfirmasi nama dan letak roadhouse yang kami kunjungi sebelumnya. Roman wajahnya berubah.

“So, this is roadhouse where you’re visit before, (sambil menunjuk peta Lasseter Highway). I must say a friend of my friend quit from that roadhouse job last week. He said, the manager of roadhouse wasn’t good,”

(alarm pertama mulai berbunnyi)

“Really? What made him quit?,”

“I dont know exactly. But if you really want and need that job. Go for it,”

Selepas percakapan ini, kami berangkat ke Uluru. Sepanjang perjalanan selama dua jam, hal ini terus jadi bahan percakapan.

“I never thought, we could get this job very fast. Feel unreal. What do you think, Farid?”
“I know. Feel wierd. And this is mean, our roadtrip will end after Uluru.,” jawab saya.

“I think you should take a job, guys. It’s a good money, isn’t it?,” Denise berujar.

Kesimpulan perbincangan malam itu adalah : Gadis resepsionis di Kanguru Roadhouse tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi antara manager Koala Roadhouse dengan teman dari temannya. Kita jalani saja dulu pekerjaan tersebut. Toh, Hernan punya mobil. Kalau ada yang aneh terjadi di Koala Roadhouse, kita tinggal kabur dari tempat itu. We fully understand. This is outback, no reception. Anything could be happen.

Sebelum saya dan Hernan diterima bekerja, sudah ada enam backpacker yang bekerja di tempat itu. Sepasang backpacker, yakni Eve (canadian) dan Stan (Australian) akan segera menyelesaikan masa “baktinya” kepada roadhouse. Mereka sudah hampir tiga bulan bekerja di roadhouse. Ketika itu, mereka berujar, segala sesuatunya berjalan lambat di outback. Pada akhirnya, mereka pun tidak percaya bisa tinggal selama tiga bulan.

Dan inilah gambaran sosok manager roadhouse tersebut. Sebut saja namanya Ciggy. Tampilannya persis seperti cowboy diiklan Malboro. Dia asli Australia. Potongan rambut cepak dengan topi cowboy yang selalu melekat. Punya piercing di telinga kanan, dan memakai cincin di jari tengah kanan. Boots kulit selalu serasi dipandankan dengan jeans ataupun kemeja licin disetrika.

Sekilas, tidak ada yang salah memang. Namum begitu dia melemparkan tawa ataupun lelucon. Kita bisa menilai, dia punya selera humor yang aneh.

Suatu malam, beberapa hari setalah Eve dan Stan meninggalkan roadhouse, para pekerja dengan latar belakang backpacker beserta manager duduk melingkari api unggun. Perbincangan malam itu tidak jauh dari kehidupan outback, dan pengalaman perjalanan masing-masing backpacker selama ini.

Mulailah Ciggy membeberkan bagaimana cara dia menjaring pekerja. Pertama, Gabriel (Netherland). Ciggy sudah lama mengenal Gabriel. Sekitar 2 tahun lalu. Mereka bertemu di Alice Springs, saat Gabriel bekerja di sebuah bar. Gabriel sempat kembali selama setahun ke Netherland, dan kemudian memulai masa second year visanya dengan menerima tawaran kerja dari Ciggy.

Selanjutnya, datang Zoe. Cewek asal Canada ini mengetahui lowongan pekerjaan roadhouse dari Gumtree. Berbeda dengan para pekerja lain, dia khusus bekerja untuk dapur roadhouse. Sebelumnya, Zoe sempat menetap di Broome.

Selang beberapa hari Zoe bekerja, datanglah Helen (British). Dia juga mengantongi pekerjaan berkat Gumtree. Menurut Helen, dia rela pindah dari Noosa, Queensland ke NT karena faktor good money yang ditawarkan roadhouse.

Ciggy pun sepertinya masih membutuhkan karyawan. Zoe pun mengontak kawan Canada backpackernya, Noise. Menurut Noise, kondisi keuangan dia saat itu hampir mengalami krisis. Dia juga rela berkendara dari Queensland ke NT demi pekerjaan roadhouse.

Empat backpacker ini, termasuk pekerja baru, karena belum sampai sebulan bekerja ketika itu. Roadhouse sebenarnya punya pekerja tetap, yakni satu Chef, dan satu all-rounder (Australian).

“And for you guys (menatap ke Saya dan Hernan). Actually, i never hired people directly from the street. Especially for you Farid, you’re the additional. I’m watching you,” kata manager sambil terkekeh.

(alarm kedua berbunyi).

Kami, para backpacker di roadhouse, sepakat kalau pekerjaan ini adalah pekerjaan paling enak yang pernah kami dapatkan. Sebelumnya, semua punya pengalaman bekerja di farm, restoran ataupun hotel yang menguras tenaga dan emosi.
Sementara di roadhouse dengan 38 jam kerja per minggu, pekerjaan yang dilakukan adalah making coffee, taking order meals, cleaning campground toilet, reservasi motel, dan cashier for shop and art gallery.

Rate gaji sekitar AUD 24,6 per jam di hari biasa, AUD 32 per jam di akhir pekan, dan ada biaya overtime sekitar AUD 38 per jam, before tax. Shift pagi dimulai dari jam 8.30 hingga 3 sore. Shift siang mulai jam 2 siang hingga 8 malam. Akomodasi sekitar AUD 157 per minggu. Kamar sendiri, makan 3 kali sehari, dan wifi limited (cuma ada di area sekitar restoran roadhouse)

Yang saya maksud tidak menguras tenaga adalah, segalanya tidak harus dilakukan serba cepat selama 6,5 jam bekerja per hari. Tapi, memang ada jam-jam, dimana rombongan bus sekolah atau turis, serta bus antar daerah datang membawa lebih dari 50 orang.

Di situ tantangannya. And, yep, I made some mistake. Suatu hari, saat terjadi antrean panjang mengular, ada seorang penelpon yang ingin berbicara dengan Ciggy. Kebetulan saya yang menerima telpon.

Dalam hati berkata, seperti kenal suara di seberang telpon sana. Saya pun meminta penelpon itu untuk menunggu sebentar. Sebab, antrean begitu panjang di toko, dan antrean ini adalah antrean bus orang-orang aboriginal. Jujur saja, permintaan mereka ini sangat merepotkan. Di tengah hiruk pikuk itu, saya lupa dengan penelpon di seberang sana.

Malam harinya sang manager berkata tegas ke saya, “Did you know that I tested you, mate? I’ve pretended to make a phone call. And you hang up the phone,”

Kesalahan-kesalahan yang saya lakukan setelah itu terbilang tidak major. Ambil contoh, saya tidak tahu harus melakukan apa di tengah-tengah jam sepi. Ini juga tantangan sebenarnya. Karena dibayar per jam, jadi tidak boleh terlihat bengong-bengong.

Kami para pekerja, di jam-jam sepi, terkadang harus “mencari-cari pekerjaan”. Misalnya mengelap meja, kursi dan jendela. Bisa juga menata piring serta sendok, atau menata souvenir serta membuang sampah yang terbilang minim

Namun, ketika segalanya sudah tertata rapih pada tempatnya… apa yang mesti dilakukan?

Ciggy pun tidak pernah memberikan instruksi secara detail. Di atas itu, Ciggy sangat moody. Ketika Ciggy melihat sesuatu tidak seharusnya menurut dia, maka intonasi suaranya meninggi.

Dua pekan saya bekerja di roadhouse, akhirnya keluar juga kalimat sakti itu. “After this two weeks, I think I don’t need you to work here anymore. I don’t need someone who clean toilet for 2 hours, too slow”

Damn! Saya dipecat!. “But I never did that,” Demi Tuhan, buat apa saya ngepel toilet selama dua jam?!

“No, i don’t wanna hear anything from you, but I give you one week to stay before you leave,”

Seminggu kemudian, 20 Juli 2017. Hernan mengantar saya dari roadhouse ke Alice Springs. Jujur, pekerjaan roadhouse itu tidak saya sesali. Karena, di sini pertama kali saya mengecap yang namanya kehidupan outback di tengah gurun. Di sini, kejutan hidup nyata terjadi. Di sini, yang hampir setiap malam beer, wine, serta joint menjadi sajian setelah santap malam.

Taburan bintang di langit malam nan cerah. Kangguru yang lompat bergerombol saat dini hari. Perkawanan yang terasa lebih dekat. Hingga saya tersadar… saya harus kembali sendirian, lalu menghadapi sebuah kota bernama Alice Springs.
To be continue….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *